Wednesday, June 29, 2011


CORAK CINTA AHLI KETUHANAN



Cinta adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu yang dilihat, dikira atau dirasakan baik. Cinta datang tanpa diundang. Adakalanya kita sendiri tidak tahu bila dan dari mana ia datang..
                Ada pelbagai ‘wajah’ cinta Allah kepada hambanya sebagaimana yang  di dalam Al-quran;
“Allah mencintai manusia yang bertaqwa, manusia yang berbuat kebaikan, manusia yang mensucikan diri, manusia yang bertaubat, manusia yang mempasrahkan diri kepada Allah, manusia yang sabar serta manusia yang adil dan bijaksana dan melakukan kebaikan lainya”
                Ada juga dalam Al-quran  menceritakan mengenai manusia yang tidak dicintai Allah;
“para pelanggar batas ketentuan Allah, para insan yang zalim,para kafir, manusia yang melakukan kerosakan atas muka bumi, para pemboros dan melampaui batas, para pengkhianat, orang yang sombong dan bongkak dan sebagainya”.
Pesan Al- quran di dalam surah Al-Imran,ayat 31 :
Maksudnya: katakanlah : “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”.Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Cinta Allah kepada para hamba-Nya adalah bentuk reda-Nya kepada diri mereka yang disertai kebaikan-kebaikan Allah terhadap hamba tersebut.
                Cinta seorang hamba kepada Allah adalah bentuk pentakziman kepada-Nya, yang terwajahkan dalam perilaku ketaatan,kebaktian dan rasa tunduk yang tulus dalam menjalankan amal ibadah dan ubudiyah kepada-Nya.
Kata Al-hub ( الحب) sebagaimana ujaran para ahli ketuhanan, terdiri atas dua huruf  ح ‘ dan ‘ب’. Huruf ح mengisyaratkan roh sedang huruf ب mengisyaratkan badan. Seorang Pencinta sejati tidak akan pernah menyimpan dan menyembunyikan hati dan tubuhnya kepada sang pujaan hati.
Para ahli ketuhanan menitip kata-kata Khidir A.S : “Sesungguhnya para pelaku zuhud di dunia ini, mereka menjadikan redha Allah sebagai baju mereka, dan cinta Allah sebagai alas tidur mereka”.
Seorang Ahli hikmah  menjelaskan : “Janganlah kau berharap mampu mencintai Allah sedangkan dalam syakilah hatimu masih ada rasa untuk mencintai harta dan kedudukan.
Sufi agung bernama Hatim Al-Asham mengatakan : “Barangsiapa mendakwa mencintai Allah sementara tidak ia menyertai ‘laku’ cintanya debgan perilaku serta menjauhkan dirinya dari segenap larangan Allah, sejatinya adalah seorang pembohong, barangsiapa mendakwa  mencintai Rasullah SAW tanpa memiliki kecintaan kepada kaum faqir dan miskin ia adalah pendusta”.
                Lantas seperti apakah ‘bentuk’ cinta para ahli ketuhanan kepada Allah dan sesama insan?? Bagaimana ekspresi cinta mereka?? Mereka tidak menabur janji manis dalam cinta mereka,tidak sentimental dan tidak mentafsir cinta dengan bahasa biologi kerana wajah cinta mereka tidak berbungkus kepentingan pragmatism duniawi atau berlumurkan riak-riak nafsu.
Seorang ahli sufi menjelaskan :
Untuk mendapatkan lisan yang menawan,
Ucapkanlah kata-kata kebaikan..
Untuk mendapatkan mata yang indah,
Carilah kebaikan pada setiap insan..
Untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal,
Berkongsilah makanan dengan mereka yang kelaparan..
Untuk mendapatkan kepercayaan diri,
Berjalanlah dengan ilmu pengetahuan..

Rasa cinta mereka berlandaskan keikhlasan bukan pada janji manis,bukan bualan yang memperdaya atau utopia. Rasa cinta mereka berlandaskan hati suci dan jiwa jernih ditunjukkan dengan karimah akhlak di setiap wacana kehidupan.Akhlak yang mulia adalah pintu gerbang menuju hati setiap insan, sebuah organ di mana cinta bersemayam~ waallahualam