Wednesday, June 29, 2011

MUJAHADAH sang MUJAHIDAH


Mujahadah

Saidina Umar r.a pernah mengajar jiwanya sendiri ketika ketinggalan solat fardu berjemaah iaitu dengan jalan menghidupkan semalam suntuk sebagai penebus solat jemaah yang ditinggalkan tadi.

Cara untuk mengajar jiwa supaya patuh kepada perintah dan kemahuan diri ialah dengan berkawan dengan orang-orang yang dapat dikategorikan sebagai hamba Allah yang bersungguh-sungguh dalam solat dan tekun beribadah.

3 perkara yang mengembirakan Abu Darda’:

1.   Merasa selalu haus untuk memperolehi keredhaan Allah dengan jalan meninggalkan apa yang dicegah olehNya
2.   Bersujud kepada Allah Ta’ala di tengah malam
3.   Berkumpul di majlis kaum yang sentiasa memilih ucapan-ucapan yang bagus, sebagaimana dipilihnya apa-apa yang terbaik dari kumpulan kurma

Bila jiwa kamu nampak hendak melarikan diri dari kemahuan kamu yang nyata baik dan terpuji, atau menolak untuk diajak tekun dan mengekalkan peribadatan, maka jalan yang satu-satunya yang lebih wajib ditempuh ialah memperhatikan dan meneliti hal-ehwal mengenai keadaan dan perilaku kaum salaf solehin atau orang-orang terdahulu yang soleh.

Kamu wajib mencela dan menyalahi diri sendiri, dan memprovok pemikiran dan lintasan hati kamu yang berbuat salah dan sesat tadi, dan sebagai gantinya wajiblah kamu membawa dan mengajak jiwa dan nurani anda untuk melakukan ketekunan dan kesungguhan hati. Kamu akan dianggap mengerjakan kemaksiatan dan kekeliruan, apabila kamu tidak mahu mencemuhkan, mengolok-olok jiwa dan diri kamu sendiri, juga keliru pula manakala kamu tidak menunjukkan mana yang perlu diketahui perihal keburukan pandangan jiwa kamu yang salah itu.

ERTI KESYUKURAN


Bru2 ni ana dapat result..huhu..tapi siriees cakap..1st time dalam hidup ana rse relax jew nk amek result.. slalunye nk termuntah lah ape lah..semua ade..tpi kli ni mgkin ana twu ana dah usaha sehabis baik and ana btol2 dah bertawakal..ana btol2 redha..nk twu ana dpt brape??hehe..kalo dah ade mood nk tulis blog ni maknenya phm2 jelah..alhamdulillah..mungkin ni berkat doa semua org jgak..walaupun sebelum exam mcm2 berlaku pada dri ana..pape pon ana doa mge jgnlah ana menjadi golongn org2 yg riak setelah berjaya, n bkn golongn org yang kufur nikmat..alhamdulillah..2lah yang ana nak bentangkn kt antum ni..SYUKUR>>                                              
 


Kata "syukur" adalah kata yang berasal dari bahasa Arab. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diertikan sebagai: (1) rasa terima kasih kepada Allah, dan (2) untunglah  (menyatakan lega, senang, dan sebagainya).

Pengertian   kebahasaan   ini  tidak  sepenuhnya  sama  dengan pengertiannya menurut asal kata itu (etimologi) mahupun menurut penggunaan Al-Quran atau istilah keagamaan.

Dalam   Al-Quran   kata  "syukur"  dengan  berbagai  bentuknya ditemukan sebanyak enam puluh empat  kali.  Ahmad  Ibnu  Faris dalam  bukunya  Maqayis  Al-Lughah menyebutkan empat arti dasar dari kata tersebut yaitu,

a. Pujian kerana adanya kebaikan yang diperoleh. Hakikatnya adalah merasa redha atau puas dengan nikmat walau sedikit sekalipun.


b. Kepenuhan dan kelebatan. Pohon yang tumbuh subur dilukiskan dengan kalimat syakarat asy-syajarat.


c. Sesuatu yang tumbuh di tangkai pohon (parasit).


d. Pernikahan, atau alat kelamin.

Agaknya kedua makna  terakhir  ini  dapat  dikembalikan  dasar pengertiannya  kepada  kedua  makna  terdahulu.  Makna  ketiga hampir sama dengan makna pertama yang mengambarkan kepuasan dengan nikmat  yang  sedikit  sekalipun,  sedang  makna  keempat hampir sama dengan makna kedua,  kerana  dengan   pernikahan   (alat   kelamin)   dapat melahirkan banyak anak.
  
Ar-Raghib Al-Isfahani salah seorang yang dikenali sebagai pakar bahasa  Al-Quran menulis dalam Al-Mufradat fi Gharib Al-Quran, bahwa kata "syukur"  memberi erti  "gambaran  dalam  benak tentang  nikmat  dan  menampakkannya  ke  permukaan." Kata ini --tulis Ar-Raghib-- menurut ulama berasal dari  kata "syakara"  yang berarti "membuka", sehingga ia merupakan lawan dari kata "kafara" (kufur) yang berarti menutup --(salah  satu ertinya adalah) melupakan nikmat dan menutup-nutupinya.


Makna  yang  dikemukakan  pakar di atas dapat diperkuat dengan beberapa ayat Al-Quran yang mempertemukan kata syukur  dengan kata kufur, antara lain dalam QS lbrahim (14): 7:

     Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku)
     untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku
     amat pedih.

Demikian juga dengan pengakuan  Nabi  Sulaiman  yang diabadikan Al-Quran:

     Ini adalah sebahagian anugerah Tuhan-Ku, untuk mengujiku
     apakah aku bersyukur atau kufur (QS An-Naml [27]: 40).

Hakikat  syukur  adalah  "menampakkan  nikmat,"  dan   hakikat kekufuran  adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain bererti menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki  oleh  pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lidah:

     Adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau
     menyebut-nyebut (QS Adh-Dhuha [93]: ll).

Nabi Muhammad Saw. pun bersabda,

     Allah senang melihat bekas (bukti) nikmat-Nya dalam
     penampilan hamba-Nya (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).

Dengan demikian syukur mencakup tiga sisi:

a. Syukur dengan hati, yaitu kepuasan batin atas  anugerah.


b. Syukur dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya.


c. Syukur dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.


MANFAAT SYUKUR BUKAN UNTUK TUHAN

Al-Quran secara tegas menyatakan bahwa manfaat syukur  kembali
kepada  orang  yang  bersyukur,  sedang Allah Swt. sama sekali
tidak memperoleh bahkan tidak  memerlukan  sedikit  pun  dari
syukur makhluk-Nya.

     Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia
     bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan

     barangsiapa yang kufur (tidak bersyukur), maka
     sesungguhnya Tuhanku Mahakaya (tidak memerlukan
     sesuatu) lagi Mahamulia (QS An-Naml [27]: 40)

Karena  itu  pula,  manusia  yang mencapai peringkat terpuji, adalah yang
memberi tanpa menanti syukur (balasan dari yang  diberi)  atau ucapan terima kasih.

Al-Quran  melukiskan  bagaimana satu keluarga (menurut riwayat adalah  Ali  bin  Abi  Thalib  dan  istrinya  Fatimah   putri Rasulullah  Saw.)  memberikan  makanan  yang mereka simpan Untuk berbuka puasa mereka, kepada tiga  orang  yang
memerlukan dan ketika itu mereka menyatakan bahwa,

     Sesungguhnya kami memberi makanan untukmu hanyalah
     mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki
     balasan darimu, dan tidak pula pujian (ucapan terima
     kasih) (QS Al-Insan [76]: 9).



BAGAIMANA CARA BERSYUKUR?

Di atas telah dijelaskan bahwa  ada  tiga  cabang  dari  syukur, yaitu  dengan  hati, lidah, dan anggota tubuh lainnya. Berikut akan dirinci penjelasan tentang masing-masing sisi tersebut.

a. Syukur dengan hati

Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat  yang  diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan kemurahan Ilahi. Syukur dengan hati  mengantar  manusia  untuk menerima  anugerah  dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut. 


Syukur ini  juga mengharuskan  yang bersyukur menyedari betapa besar kemurahan, dan kasih sayang Ilahi sehingga terlontar dari lidahuya pujian
kepada-Nya.   Qarun   yang  mengingkari  kekayaannya  atas bantuan  Ilahi,  dan   menegaskan   bahawa   itu   diperolehnya semata-mata kerana kemampuannya, dinilai oleh Al-Quran sebagai kafir atau tidak mensyukuri nikmat-Nya  (Baca  kisahnya  dalam surat Al-Qashash (28): 76-82).

Seorang yang bersyukur dengan hatinya, saat ditimpa mala petaka pun boleh jadi dapat memuji Tuhan, bukan atas malapetaka itu, tetapi  karena  terbayang  olehnya bahawa yang dialaminya pasti lebih kecil dari kemungkinan lain  yang  dapat  terjadi.  
  
Sujud syukur adalah perwujudan dari  kesyukuran  dengan  hati, yang  dilakukan  saat  hati dan fikiran menyedari betapa besar nikmat yang dianugerahkan Allah.  

Bahkan  sujud  syukur  dapat dilakukan   saat   melihat   penderitaan   orang  lain  dengan membandingkan keadaannya  dengan  keadaan  orang  yang  sujud.
(Tentu  saja  sujud  tersebut  tidak  dilakukan  dihadapan  si penderita itu).

Sujud syukur dilakukan dengan meletakkan semua  anggota  sujud di  lantai  yakni  dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua hujung jari kaki)--seperti melakukan sujud dalam  solat.
Hanya  saja  sujud syukur cukup dengan sekali sujud, bukan dua kali sebagaimana dalam solat. Kerana sujud itu  bukan  bahagian dan  solat,  maka kebanyakan ulama berpendapat bahwa sujud sah walaupun dilakukan tanpa berwudu.  Namun  tentunya lebih baik jika  melakukan sujud disertai dengan wudu.

b. Syukur dengan lidah

Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil memuji-Nya.


Al-Quran,  seperti telah dikemukakan di atas, mengajarkan agar pujian    kepada    Allah    disampaikan    dengan     ucapan "al-hamdulillah."

Hamd  (pujian)  disampaikan  secara  lisan kepada yang dipuji, walaupun ia tidak memberi apa pun baik kepada si pemuji maupun kepada yang lain.

Kata   "al"  pada  "al-hamdulillah"  oleh  pakar-pakar  bahasa disebut al lil-istighraq, yakni mengandung arti "keseluruhan". Sehingga   kata   "al-hamdu"   yang   ditujukan  kepada  Allah mengandung arti  bahawa  yang  paling  berhak  menerima  segala pujian  adalah Allah Swt., bahkan seluruh pujian harus tertuju
dan bermuara kepada-Nya.

Jika kita mengembalikan segala puji  kepada  Allah,  maka  itu bererti  pada  saat Anda memuji seseorang karena kebaikan atau kecantikannya,  maka  pujian  tersebut  pada  akhirnya   harus dikembalikan  kepada Allah Swt., sebab kecantikan dan kebaikan itu bersumber dari Allah. Manakala kalau pada 1ahirnya ada
perbuatan  atau  ketetapan  Tuhan  yang  mungkin oleh kacamata manusia dinilai  "kurang  baik",  maka  harus  disedari  bahwa penilaian  tersebut  adalah  akibat keterbatasan manusia dalam menetapkan tolok ukur penilaiannya. Dengan demikian pasti  ada sesuatu   yang  luput  dari  jangkauan  pandangannya  sehingga
penilaiannya menjadi demikian. 

c. Syukur dengan perbuatan

Nabi  Daud a.s. beserta putranya Nabi Sulaiman a.s. memperoleh aneka nikmat yang  tiada  taranya.  Kepada  mereka  sekeluarga Allah berpesan,

     Bekerjalah wahai keluarga Daud sebagai tanda syukur! (QS
     Saba [34]: 13).

Yang dimaksud dengan bekerja adalah  menggunakan  nikmat  yang diperoleh   itu   sesuai   dengan   tujuan   penciptaan   atau penganugerahannya.

Ini bererti, setiap nikmat yang diperoleh menuntut penerimanya agar  merenungkan tujuan dianugerahkannya nikmat tersebut oleh Allah. Ambillah sebagai contoh  lautan  yang  diciptakan  oleh Allah  Swt. Ditemukan dalam Al-Quran penjelasan tentang tujuan penciptaannya melalui firman-Nya:

     Dialah (Allah) yang menundukkan 1autan (untuk kamu) agar
     kamu dapat memakan darinya daging (ikan) yang segar, dan
     (agar) kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang
     kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya,
     dan supaya kamu mencari kurnia-Nya (selain yang telah
     disebut) semoga kamu bersyukur (QS An-Nahl [16]: 14).

Ayat  ini  menjelaskan  tujuan   penciptaan   laut,   sehingga mensyukuri  nikmat  laut,  menuntut  dari yang bersyukur untuk mencari ikan-ikannya, mutiara  dan  hiasan  yang  lain,  serta menuntut   pula   untuk  menciptakan  kapal-kapal  yang  dapat mengharunginya, bahkan  aneka  manfaat  yang  dicakup  oleh kalimah "mencari karunia-~Nya".

Dalam konteks inilah maka dapat kita fahami janji Allah,

     Apabila kamu bersyukur maka pasti akan Kutambah
     (nikmat-Ku) (QS Ibrahim [14]: 7)

Betapa anugerah  Tuhan  tidak  akan  bertambah,  kalau  setiap jengkal  tanah  yang  terhampar di bumi, setiap hembusan angin yang bertiup di udara, setiap tetes hujan  yang  tercurah  dan langit dipelihara dan dimanfaatkan oleh manusia?



APA YANG HARUS DISYUKURI?

Pada dasarnya  segala  nikmat  yang  diperoleh  manusia  harus disyukurinya.  Nikmat  diertikan  oleh sesetengah ulama sebagai "segala sesuatu yang berlebih dari modal Anda". Adakah manusia memiliki  sesuatu sebagai modal? Jawabannya, "Tidak". Bukankah hidupnya sendiri adalah anugerah dari Allah?

     Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa,
     sedang ia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat
     disebut? (QS Al-Insan [76]: 1).

Nikmat  Allah  demikian  berlimpah  ruah,  sehingga   Al-Quran menyatakan,

     Seandainya kamu (inginn) menghitung nikmat Allah, niscaya

     kamu tidak akan sanggup menghitungnya (QS Ibrahim [14]:
     34).



Di  atas  dikemukakan  secara  umum  nikmat-nikmat-Nya  yang menuntu tsyukur.  Dalam  beberapa  ayat  lainnya disebut sekian banyak nikmatAllah, antara lain:

1. Kehidupan dan kematian

     Bagaimana kamu mengkufuri (tidak mensyukuri nikmat)
     Allah, padahal tadinya kamu tiada, lalu kamu dihidupkan,
     kemudian kamu dimatikan, lalu dihidupkan kembali. (QS
     A1Baqarah [2]: 28).

2. Hidayat Allah

     Hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
     diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (QS Al-Baqarah
     [2]: 185).

3. Pengampunan-Nya, antara lain dalam firman-Nya.

     Kemudian setelah itu Kami maafkan kesalahanmu agar kamu
     bersyukur (QS Al-Baqarah [2]: 52)

4. Pancaindera dan akal.

     Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
     keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu
     pendengaran, penglihatan, dan hati, supaya kamu
     bersyukur (QS An-Nahl [16]: 78).

5. Rezeki

     Dan diberinya kamu rezeki yang baik agar kamu
     bersyukur (QS Al-Anfal [8]: 26).
  
6. Kemerdekaan

     Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Hai
     kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika Dia
     mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikannya kamu
     orang-orang yang merdeka (bebas dari penindasan Fir'aun)
     (QS Al-Maidah [5]: 20)

Masih banyak lagi nikmat-nikmat  lain  yang  isebut oleh Al-Quran.

WAKTU DAN TEMPAT BERSYUKUR

Dalam  konteks  syukur  dalam  kehidupan  dunia  ini, A1-Quran menegaskan bahwa Allah Swt. menjadikan  malam  silih  berganti dengan  siang,  agar  manusia dapat menggunakan waktu tersebut untuk merenung dan bersyukur, "Dia yang menjadikan  malam  dan siang   silih   berganti,  bagi  orang  yang  ingin  mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur (QS A1-Furqan  [25]:
62).

Dalam surat Ar-Rum (30): 17-18 Allah memerintahkan,

     Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di
     petang hari, dan waktu kamu berada di waktu subuh, dan
     bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di
     waktu kamu berada pada petang hari dan ketika kamu
     berada di waktu zuhur.

Segala  aktiviti manusia  --siang  dan   malam--   hendaknya merupakan  manifestasi  dari  syukurnya.  Syukur  dengan 1idah dituntut saat seseorang merasakan  adanya  nikmat  Ilahi.  Itu sebabnya    Nabi    Saw.   tidak   jemu-jemunya   mengucapkan, "Alhamdulillah" pada setiap situasi dan kondisi.

Saat bangun tidur beliau mengucapkan,

     Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan
     (membangunkan) kami, setelah mematikan (menidurkan) kami
     dan kepada-Nya-lah (kelak) kebangkitan.

Atau membaca,

     Segala puji bagi Allah yang mengembalikan kepadaku
     ruhku, memberi afiat kepada badanku, dan mengizinkan aku
     mengingat-Nya.

Ketika bangun untuk ber-tahajjud beliau membaca,

     Wahai Allah, bagimu segala pujian. Engkau adalah
     pengatur langit dan bumi dan segala isinya. Bagimu
     segala puji, Engkau adalah pemilik kerajaan langit dan
     bumi dan segala isinya ...

Ketika berpakaian beliau membaca,

     Segala puji bagi Allah yang menyandangiku dengan
     (pakaian) ini, menganugerahkannya kepadaku tanpa
      kemampuan dan kekuatan (dari diriku).



Sesudah makan beliau mengucapkan,

     Segala puji bagi Allah yang memberi kami makan dan
     memberi kami minum dan menjadikan kami (kaum) Muslim.

Ketika akan tidur, beliau berdoa,

     Dengan namamu Ya Allah aku hidup dan mati. Wahai Allah,
     bafli-Mu segala puji, Engkau Pemelihara langit dan bumi.

Demikian seterusnya pada setiap saat, dalam  berbagai  situasi dan keadaan.

Apabila seseorang sering mengucapkan al-hamdulillah, maka dari saat ke saat ia akan selalu merasa berada dalam curahan rahmat dan kasih sayang Tuhan. Dia  akan  merasa  bahwa  Tuhan  tidak membiarkannya sendiri. Jika kesedaran ini telah berbekas dalam jiwanya, maka seandainya pada suatu, saat ia  mendapat  cobaan
atau merasakan kepahitan, dia pun akan mengucapkan,

     Segala puji bagi Allah, tiada yang dipuja dan dipuji
     walau cubaan menimpa, kecuali Dia semata.

Kalimat semacam ini terlontar, kerana  ketika  itu  dia  sadar bahwa  walaupun sekiranya  apa yang dirasakan itu benar-benar merupakan malapetaka,  namun  limpahan  kurnia-Nya   sudah   sedemikian banyak,  sehingga cobaan dan malapetaka itu tidak lagi bererti dibandingkan dengan besar dan banyaknya kurnia selama ini.

Di samping itu akan terlintas  pula  dalam  fikirannya,  bahwa pasti   ada  hikmah  di  sebalik  cubaan  itu,  kerana  Semua perbuatan Tuhan senantiasa mulia lagi terpuji.


                              ***

Demikian sekelumit huraian Al-Quran  tentang  syukur.  Kalaulah kita   tidak   mampu  untuk  masuk  dalam  kelompok  minoriti --orang-orang  yang  pandai  bersyukur  (atau  dalam   istilah Al-Quran  asy-syakirun,  yakni orang-orang yang telah mendarah daging dalam dirinya  hakikat  syukur  dalam  ketiga-tiga bentuk  :
hati,  lidah,  dan  perbuatan)--  maka paling tidak kita tetap harus berusaha  sekuat  kemampuan  untuk  menjadi  orang  yang melakukan  syukur  --atau  dalam  istilah Al-Quran yasykurun-- betapapun kecilnya syukur itu.  

   Sesuatu yang tidak dapat diraih seluruhnya, jangan pula ditinggalkan terus. 





Kisah Saidina Umar al-Khattab 

Diceritakan bahawa ada seorang pemuda pada zaman Saidina Umar al-Khattab yang sering berdoa di sisi Baitullah yang maksudnya: "Ya Allah! masukkanlah aku dalam golongan yang sedikit." Doa pemuda ini didengar oleh Saidina Umar ketika beliau (Umar) sedang bertawaf di Kaabah. Umar berasa hairan, iaitu kenapa pemuda berkenaan memohon doa sedemikian rupa. 


Selepas selesai melakukan tawaf, Saidina Umar memanggil pemuda berkenaan lalu bertanya: "Kenapakah engkau berdoa sedemikian rupa (Ya Allah! masukkanlah aku dalam golongan yang sedikit), apakah tiada permintaan lain yang boleh engkau mohon kepada Allah?" 


Pemuda berkenaan menjawab: "Ya Amirul Mukminin! Aku membaca doa berkenaan kerana aku (berasa) takut dengan penjelasan Allah seperti firman-Nya dalam surah al-A'raaf ayat 10 yang bermaksud: "Sesungguhnya Kami (Allah) telah menempatkan kamu sekelian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber/jalan) penghidupan. (Tetapi) amat sedikitlah kamu bersyukur." Aku memohon agar Allah memasukkan aku dalam golongan yang sedikit, iaitu (lantaran) terlalu sedikit orang yang tahu bersyukur kepada Allah, jelas pemuda berkenaan. 


Mendengar jawapan itu, Umar al-Khattab menepuk kepalanya sambil berkata kepada dirinya sendiri: "Wahai Umar, alangkah jahilnya engkau, orang ramai lebih alim daripadamu." Memanglah teramat sedikit yang tahu dan mahu bersyukur dan semoga kita termasuk dalam golongan yang sedikit berkenaan (yang bersyukur).






Dipetik dari: WAWASAN AL-QURAN
Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
Dr. M. Quraish Shihab, M.A.

ISRA' MIKRAJ


1. Sebelum Israk dan Mikraj

Rasulullah S. A. W. mengalami pembedahan dada / perut, dilakukan oleh malaikat
Jibrail dan Mika'il. Hati Baginda S. A. W.. dicuci dengan air zamzam, dibuang
ketul hitam ('alaqah) iaitu tempat syaitan membisikkan waswasnya. Kemudian
dituangkan hikmat, ilmu, dan iman. ke dalam dada Rasulullah S. A. W. Setelah itu,
dadanya dijahit dan dimeterikan dengan "khatimin nubuwwah". Selesai pembedahan,
didatangkan binatang bernama Buraq untuk ditunggangi oleh Rasulullah dalam
perjalanan luar biasa yang dinamakan "Israk" itu.

2. Semasa Israk (Perjalanan dari Masjidil-Haram ke Masjidil-Aqsa):

Sepanjang perjalanan (israk) itu Rasulullah S.A.W. diiringi (ditemani) oleh
malaikat Jibrail dan Israfil. Tiba di tempat-tempat tertentu (tempat-tempat yang
mulia dan bersejarah), Rasulullah telah diarah oleh Jibrail supaya berhenti dan
bersembahyang sebanyak dua rakaat. Antara tempat-tempat berkenaan ialah:


i. Negeri Thaibah (Madinah), tempat di mana Rasulullah akan melakukan hijrah.
ii. Bukit Tursina, iaitu tempat Nabi Musa A.S. menerima wahyu daripada Allah;
iii. Baitul-Laham (tempat Nabi 'Isa A.S. dilahirkan);


Dalam perjalanan itu juga baginda Rasulullah S.A.W. menghadapi gangguan jin
'Afrit dengan api jamung dan dapat menyaksikan peristiwa-peristiwa simbolik yang
amat ajaib. Antaranya :


>Kaum yang sedang bertanam dan terus menuai hasil tanaman mereka. apabila dituai,
 hasil (buah) yang baru keluar semula seolah-olah belum lagi dituai. Hal ini
 berlaku berulang-ulang. Rasulullah S.A.W. dibertahu oleh Jibrail : Itulah kaum
 yang berjihad "Fisabilillah" yang digandakan pahala kebajikan sebanyak 700 kali
 ganda bahkan sehingga gandaan yang lebih banyak.


>Tempat yang berbau harum. Rasulullah S.A.W. diberitahu oleh Jibrail : Itulah
 bau kubur Mayitah (tukang sisir rambut anak Fir'aun) bersama suaminya dan
 anak-anaknya (termasuk bayi yang dapat bercakap untuk menguatkan iman ibunya)
 yang dibunuh oleh Fir'aun kerana tetap teguh beriman kepada Allah (tak mahu
 mengakui Fir'aun sebagai Tuhan).


>Sekumpulan orang yang sedang memecahkan kepala mereka. Setiap kali dipecahkan,
 kepala mereka sembuh kembali, lalu dipecahkan pula. Demikian dilakukan
 berkali-kali. Jibrail memberitahu Rasulullah: Itulah orang-orang yang berat
 kepala mereka untuk sujud (sembahyang).


>Sekumpulan orang yang hanya menutup kemaluan mereka (qubul dan dubur) dengan
 secebis kain. Mereka dihalau seperti binatang ternakan. Mereka makan bara api
 dan batu dari neraka Jahannam. Kata Jibrail : Itulah orang-orang yang tidak
 mengeluarkan zakat harta mereka.


>Satu kaum, lelaki dan perempuan, yang memakan daging mentah yang busuk sedangkan
 daging masak ada di sisi mereka. Kata Jibrail: Itulah lelaki dan perempuan yang
 melakukan zina sedangkan lelaki dan perempuan itu masing-masing mempunyai isteri
 /suami.


>Lelaki yang berenang dalam sungai darah dan dilontarkan batu. Kata Jibrail:
 Itulah orang yang makan riba`. Lelaki yang menghimpun seberkas kayu dan dia tak
 terdaya memikulnya, tapi ditambah lagi kayu yang lain. Kata Jibrail: Itulah
 orang tak dapat menunaikan amanah tetapi masih menerima amanah yang lain.


>Satu kaum yang sedang menggunting lidah dan bibir mereka dengan penggunting besi
 berkali-kali. Setiap kali digunting, lidah dan bibir mereka kembali seperti
 biasa. Kata Jibrail: Itulah orang yang membuat fitnah dan mengatakan sesuatu
 yang dia sendiri tidak melakukannya.


>Kaum yang mencakar muka dan dada mereka dengan kuku tembaga mereka. Kata Jibrail:
 Itulah orang yang memakan daging manusia (mengumpat) dan menjatuhkan maruah
 (mencela, menghinakan) orang.


>Seekor lembu jantan yang besar keluar dari lubang yang sempit. Tak dapat
 dimasukinya semula lubang itu. Kata Jibrail: Itulah orang yang bercakap besar
 (Takabbur). Kemudian menyesal, tapi sudah terlambat.


>Seorang perempuan dengan dulang yang penuh dengan pelbagai perhiasan.
 Rasulullah tidak memperdulikannya lalu bertanya Rasuluulah kepada Jibrail:
 Kata Jibrail: Itulah dunia. Jika Rasulullah memberi perhatian kepadanya,
 nescaya umat Islam akan mengutamakan dunia daripada akhirat.


>Seorang perempuan tua duduk di tengah jalan dan menyuruh Rasulullah berhenti.
 Rasulullah S.A.W. tidak menghiraukannya. Kata Jibrail: Itulah orang yang
 mensesiakan umurnya sampai ke tua.


>Seorang perempuan bongkok tiga menahan Rasulullah untuk bertanyakan sesuatu.
 Kata Jibrail: Itulah gambaran umur dunia yang sangat tua dan menanti saat hari
 kiamat.


Setibanya di masjid Al-Aqsa, Rasulullah turun dari Buraq. Kemudian masuk
ke dalam masjid dan mengimamkan sembahyang dua rakaat dengan segala anbia`
dan mursalin menjadi makmum.


Rasulullah S.A.W. terasa dahaga, lalu dibawa Jibrail dua bejana yang berisi
arak dan susu. Rasulullah memilih susu lalu diminumnya. Kata Jibrail: Baginda
membuat pilhan yang betul. Jika arak itu dipilih, nescaya ramai umat baginda
akan menjadi sesat.

3. Semasa Mikraj (Naik ke Hadhratul-Qudus Menemui Allah):

Didatangkan Mikraj (tangga) yang indah dari syurga. Rasulullah S.A.W. dan Jibrail
naik ke atas tangga pertama lalu terangkat ke pintu langit dunia (pintu Hafzhah).




i.  Langit Pertama: Rasulullah S.A.W. dan Jibrail masuk ke langit pertama,
    lalu berjumpa dengan Nabi Adam A.S. Kemudian dapat melihat orang-orang yang
    makan riba` dan harta anak yatim dan melihat orang berzina yang rupa dan
    kelakuan mereka sangat huduh dan buruk. Penzina lelaki bergantung pada susu
    penzina perempuan.


ii. Langit Kedua: Nabi S.A.W. dan Jibrail naik tangga langit yang kedua,
    lalu masuk dan bertemu dengan Nabi 'Isa A. S. dan Nabi Yahya A. S.


iii.Langit Ketiga: Naik langit ketiga. Bertemu dengan Nabi Yusuf A. S.


iv. Langit Keempat: Naik tangga langit keempat. Bertemu dengan Nabi Idris A.S.


v.  Langit Keli ma: Naik tangga langit kelima. Bertemu dengan Nabi Harun A. S.
    yang dikelilingi oleh kaumnya Bani Israil.


vi. Langit Keenam: Naik tangga langit keenam. Bertemu dengan Nabi-Nabi.
    Seterusnya dengan Nabi Musa A. S. Rasulullah mengangkat kepala (disuruh oleh
    Jibrail) lalu dapat melihat umat baginda sendiri yang ramai, termasuk 70,000
    orang yang masuk syurga tanpa hisab.


vii.Langit Ketujuh: Naik tangga langit ketujuh dan masuk langit ketujuh lalu
    bertemu dengan Nabi Ibrahim Khalilullah yang sedang bersandar di Baitul-
    Ma'mur dihadapi oleh beberapa kaumnya. Kepada Rasulullah S.A.W., Nabi Ibrahim
    A.S. bersabda, "Engkau akan berjumpa dengan Allah pada malam ini. Umatmu
    adalah akhir umat dan terlalu dha'if, maka berdoalah untuk umatmu. Suruhlah
    umatmu menanam tanaman syurga iaitu lah HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH".
    Mengikut riwayat lain, Nabi Irahim A.S. bersabda, "Sampaikan salamku kepada
    umatmu dan beritahu mereka, syurga itu baik tanahnya, tawar airnya dan
    tanamannya ialah lima kalimah, iaitu: SUBHANALLAH, WAL-HAMDULILLAH, WALA
    ILAHA ILLALLAH ALLAHU AKBAR dan WA lah HAULA WA lah QUWWATA ILLA BILLAHIL-
    'ALIYYIL-'AZHIM. Bagi orang yang membaca setiap kalimah ini akan ditanamkan
    sepohon pokok dalam syurga". Setelah melihat beberpa peristiwa lain yang
    ajaib. Rasulullah dan Jibrail masuk ke dalam Baitul-Makmur dan bersembahyang
    (Baitul-Makmur ini betul-betul di atas Baitullah di Mekah).


viii.Tangga Kelapan: Di sinilah disebut "al-Kursi" yang berbetulan dengan
     dahan pokok Sidratul-Muntaha. Rasulullah S.A.W. menyaksikan pelbagai
     keajaiban pada pokok itu: Sungai air yang tak berubah, sungai susu, sungai
     arak dan sungai madu lebah. Buah, daun-daun, batang dan dahannya berubah-
     ubah warna dan bertukar menjadi permata-permata yang indah. Unggas-unggas
     emas berterbangan. Semua keindahan itu tak terperi oleh manusia. Baginda
     Rasulullah S.A.W. dapat menyaksikan pula sungai Al-Kautsar yang terus masuk
     ke syurga. Seterusnya baginda masuk ke syurga da n melihat neraka berserta
     dengan Malik penunggunya.


ix. Tangga Kesembilan: Di sini berbetulan dengan pucuk pokok Sidratul-Muntaha.
    Rasulullah S.A.W. masuk di dalam nur dan naik ke Mustawa dan Sharirul-Aqlam.
    Lalu dapat melihat seorang lelaki yang ghaib di dalam nur 'Arasy, iaitu
    lelaki di dunia yang lidahnya sering basah berzikir, hatinya tertumpu penuh
    kepada masjid dan tidak memaki ibu bapanya.


x. Tangga Kesepuluh: Baginda Rasulullah sampai di Hadhratul-Qudus dan Hadhrat
   Rabbul-Arbab lalu dapat menyaksikan Allah S.W.T. dengan mata kepalanya,
   lantas sujud Kemudian berlakulah dialog antara Allah dan Muhammad, Rasul-Nya:


Allah S.W.T : Ya Muhammad. Rasulullah : Labbaika. Allah S.W.T : Angkatlah
kepalamu dan bermohonlah, Kami perkenankan. Rasulullah : Ya, Rabbi. Engkau telah
ambil Ibrahim sebagai Khalil dan Engkau berikan dia kerajaan yang besar. Engkau
berkata-kata dengan Musa. Engkau berikan Daud kerajaan yang besar dan dapat
melembutkan besi . Engkau kurniakan kerajaan kepada Sulaiman yang tidak Engkau
kurniakan kepada sesiapa pun dan memudahkan Sulaiman menguasai jin, manusia,
syaitan dan angin. Engkau ajarkan Isa, Taurat dan Injil. Dengan izin-Mu, dia
dapat menyembuhkan orang buta, orang sufaq dan menghidupkan orang mati. Engkau
lindungi dia dan ibunya daripada syaitan.
Allah S.W.T : aku ambilmu sebagai kekasih. Aku perkenankanmu sebagai penyampai
berita gembira dan amaran kepada umatmu. Aku buka dadamu dan buangkan dosamu. Aku
jadikan umatmu sebaik-baik umat. Aku beri keutamaan dan keistimewaan kepadamu
pada hari qiamat. Aku kurniakan tujuh ayat (surah Al-Fatihah) yang tidak aku
kurniakan kepada sesiapa sebelummu. Aku berikanmu ayat-ayat di akhir surah
al-Baqarah sebagai suatu perbendaharaan di bawah 'Arasy. Aku berikan habuan
daripada kelebihan Islam, hijrah, sedekah dan amar makruf dan nahi munkar. Aku
kurniakanmu panji-panji Liwa-ul-hamd, maka Adam dan semua yang lainnya di bawah
panji-panjimu. Dan aku fardhukan atasmu dan umatmu lima puluh (waktu) sembahyang.

4. Selesai munajat,
Rasulullah S.A.W. di bawa menemui Nabi Ibrahim A. S.
kemudian Nabi Musa A S. yang kemudiannya menyuruh Rasulullah S. A. W. merayu
kepada Allah S.W.T agar diberi keringanan, mengurangkan jumlah waktu sembahyang
itu. Selepas sembilan kali merayu, (setiap kali dikurangkan lima waktu), akhirnya
Allah perkenan memfardhukan sembahyang lima waktu sehari semalam dengan
mengekalkan nilainya sebanyak 50 waktu juga.

5. Selepas Mikraj

Rasulullah S.A.W. turun ke langit dunia semula. Seterusnya turun ke Baitul-Maqdis.
Lalu menunggang Buraq perjalanan pulang ke Mekah pada malam yang sama. Dalam
perjalanan ini baginda bertemu dengan beberapa peristiwa yang kemudiannya menjadi
saksi (bukti) peristiwa Israk dan Mikraj yang amat ajaib itu (Daripada satu
riwayat peristiwa itu berlaku pada malam Isnin, 27 Rejab, kira-kira 18 bulan
sebelum hijrah). Wallahu'alam.


(Sumber : Kitab Jam'ul-Fawaa`id) Kesimpulannya, peristiwa Israk dan Mikraj bukan
hanya sekadar sebuah kisah sejarah yang diceritakan kembali setiap kali 27 Rejab
menjelang. Adalah lebih penting untuk kita menghayati pengajaran di sebalik
peristiwa tersebut bagi meneladani perkara yang baik dan menjauhi perkara yang
tidak baik. Peristiwa Israk dan Mikraj yang memperlihatkan pelbagai kejadian aneh
yang penuh pengajaran seharusnya memberi keinsafan kepada kita agar sentiasa
mengingati Allah dan takut kepada kekuasaan-Nya.


Seandainya peristiwa dalam Israk dan Mikraj ini dipelajari dan dihayati benar-
benar kemungkinan manusia mampu mengelakkan dirinya daripada melakukan berbagai-
bagai kejahatan. Kejadian Israk dan Mikraj juga adalah untuk menguji umat Islam
(apakah percaya atau tidak dengan peristiwa tersebut). Orang-orang kafir di zaman
Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam langsung tidak mempercayai, malahan memperolok-
olokkan Nabi sebaik-baik Nabi bercerita kepada mereka.


Peristiwa Israk dan Mikraj itu merupakan ujian dan mukjizat yang membuktikan
kudrat atau kekuasaan Allah Subhanahu Wataala. Allah Subhanahu Wataala telah
menunjukkan bukti-bukti kekuasaan dan kebesaran-Nya kepada Baginda Sallallahu
Alaihi Wasallam.


Mafhum Firman Allah S.W.T.: "Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsa yang telah kami
berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda
kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
(Surah Al-Israa': Ayat 1).

wallahua'lam..

SURAT CINTA UNTUK HAMBA


Di bawah ini ada surat cinta buat kita semua.

 " Hamba-Ku menyombongkan diri terhadap-Ku
 padahal Akulah yang melindungi mereka di tempat tidur mereka
 Antara-Ku dan jin serta manusia terjadi berita besar :
 bahwa Aku yang telah menciptakan mereka
 namun yang disembah adalah selainKu
 Aku yang memberi rizki, namun selain-Ku yang disyukuri
 Kebaikan-Ku senantiasa turun kepada hamba-Ku,
 tapi kejahatan mereka yang naik kepada-Ku

 Aku mencintai mereka dengan memberi ni'mat2 Ku
 sedangkan Aku tiada membutuhkan mereka
 mereka memancing kemurkaan-Ku dengan berbagai kemaksiatan
 padahal mereka adalah yang paling butuh kepada-Ku

 Siapa-siapa yang datang kepada-Ku,
 akan Kujemput ia dari kejauhan
 Siapa-siapa yang berpaling dari-Ku,
 maka Aku akan memanggilnya dari kejauhan
 Siapa-siapa yang meninggalkan sesuatu demi Aku,
 Aku berikan padanya, lebih dari cukup
 Siapa-siapa yang menginginkan keridhaan-Ku,
 Aku pun akan menginginkan apa-apa yang dingininya
 Siapa-siapa yang bertindak dengan mengandalkan kekuatan-Ku,
 maka akan Kulunakkan besi baginya

 Orang yang mengerjakan maksiat,
 tidak akan Kubuat mereka berputus asa dari rahmat-Ku
 Jika mereka bertaubat kepada-Ku,
 maka Aku akan menjadi kekasih mereka, sebab Aku mencintai
 orang yang bertaubat dan mensucikan diri
 Jika mereka tidak bertaubat kepadaku,
 maka Aku akan menjadi tabib bagi mereka, Aku berikan cobaan

untuk membersihkan mereka dari berbagai aib
 Dan siapa-siapa yang lebih mementingkanKu dari selain-Ku,
 maka Aku akan lebih mementingkannya dari orang lain

 Satu kebaikan di sisi-Ku adalah
 senilai sepuluh kali lipat yang sepertinya,
 hingga tujuh ratus kali lipat,
 hingga kelipatan yang sangat banyak
 Sedangkan kejahatan di sisi-Ku, adalah bernilai satu
 Maka jika ia telah menyesal dan memohon ampun,
 Aku pun mengampuninya
 Aku mensyukuri amal kebaikan yang sedikit,
 dan mengampuni banyak kesalahan-kesalahan

 Kasih sayang-Ku mendahului murka-Ku
 Sifat penyantun-Ku mendahului keputusan-Ku menjatuhkan sanksi
 Pemberian maaf-Ku lebih mendahului siksa-KU

 Aku lebih pengasih kepada hamba-hamba-Ku,
 daripada kasih sayang ibu kepada anaknya... "

 (hadist qudsi dari buku "Menggapai Manisnya Iman-Butir ma'rifatuLlah
 Ibnul Qayyim Al-jauziyah" oleh Syaikh Shaleh Syadi - tidak disebutkan
 perawinya )


PESANAN IMAM HASSAN AL-BANNA




IKHLAS

Maksudku dengan ikhlas: Bahawa seorang saudara muslim itu menujukan segala perkataan, amalan dan jihadnya keseluruhannya kepada Allah, mencari keredhaan dan kebaikan balasanNya, dengan tidak melihat keuntungan, gaya, pangkat, gelaran, kemajuan ataupun kemunduran. Dengan itu dia menjadi seorang tentera kepada fikrah dan akidah dan bukannya tentera satu tujuan atau manfaat yang tertentu. Allah telah berfirman yang bermaksud: "Katakanlah bahawa sembahyangku, ibadatku, kehidupanku dan kematianku hanyalah kepada Allah tuhan sekelian alam dan dengan itulah aku diperintah" (Surah al-An'aam). Dengan itu juga seorang akh muslim itu dapat memahami makna slogan abadinya iaitu: "Allah Matlamat Kami". Allahuakbar,
kepada Allah segala pujian.


AMAL
Maksudku dengan amal: Natijah dari ilmu dan ikhlas. Firman Allah yang bermaksud: "Dan katakanlah (wahai Muhammad): "Beramallah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu amalkan. Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui perkara-perkara yang ghaib dan yang nyata, maka Dia akan memberitahu kepada kamu apa yang kamu telah kerjakan" (Surah al-Taubah).
Peringkat amal yang diperlukan dari seorang akh yang benar keimanannya itu adalah:
1.    Memperbaiki dirinya sendiri sehingga menjadi seorang yang kuat fizikal, berakhlak mulia, berpengetahuan tinggi, berupaya untuk berdikari, selamat akidah, ibadat yang sahih, berjihad dengan dirinya sendiri, menjaga masanya, teratur dalam segala urusannya dan bermanfaat kepada selain darinya. Itulah kewajipan setiap
orang.


2.    Membentuk rumah tangga muslim dengan membawa ahli rumahnya menghormati fikrahnya, memelihara adab-adab Islam dalam setiap urusan kehidupan, tepat dalam memilih isteri, mengikat isterinya pada hak-hak dan kewajipannya, elok tarbiyah anak-anak dan pembantu dan membesarkan mereka menurut dasar-dasar Islam. Itulah juga kewajipan setiap orang.

3.    Memberi petunjuk kepada masyarakat dengan menyebarkan dakwah kebaikan, memerangi perkara keji dan mungkar, menggalakkan sifat yang mulia, menyeru kepada kebaikan, bersegera ke arah kebaikan,
membawa pandangan umum kepada fikrah Islam dan mencelup kehidupan umum dengan celupan dakwah Islam. Itu adalah kewajipan jemaah sebagai pertubuhan yang beramal.


4.    Membebaskan negara dari penjajahan kuasa asing bukan Islam sama ada penjajahan itu berbentuk politik, ekonomi ataupun rohani.

5.    Memperbaiki kerajaan sehingga menjadi kerajaan Islam yang sebenarnya. Dengan itu ia dapat menunaikan tugasnya sebagai pembantu kepada umat, buruh dan pekerja untuk kepentingannya. Kerajaan Islam adalah kerajaan di mana anggotanya adalah muslimin yang menunaikan fardhu-fardhu Islam dan tidak melakukan maksiat dan ia menjalankan semua hukum dan ajaran Islam. Tidak menjadi masalah jika kerajaan ini meminta bantuan dengan orang yang bukan Islam ketika darurat tetapi bukan dalam jawatan pemerintahan umum.

      Tidak menjadi masalah mengenai bentuk ataupun jenis pertolongan yang diminta selagi mana ia adalah bertepatan dengan kaedah umum dalam dasar pemerintahan Islam. Di antara sifat kerajaan Islam adalah: Merasakan tanggung jawab yang diletakkan kepadanya, kasihan belas kepada rakyat, berlaku adil di kalangan manusia, cermat dalam perbelanjaan wang umum dan berekonomi padanya.Antara kewajipannya adalah menjaga keamanan, melaksanakan undang-undang, menyebarkan ajaran Islam, melengkapkan kekuatan, menjaga kesihatan, menjaga kepentingan umum, menyuburkan harta benda dan menjaga wang negara, menguatkan akhlak yang mulia dan menyebarkan dakwah Islamiyyah,

     Antara haknya pula ketika ia telah menjalankan kewajipannya itu adalah: Diberikan ketundukan dan kepatuhan, dibantu dengan diri dan harta. Jika kerajaan ini tidak menjalankan kewajipannya dengan sempurna maka ia mesti diberikan nasihat dan petunjuk, kemudiannya dipecat dan dijauhkan jika ia tidak mengikut nasihat kerana tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam perkara maksiat kepada yang menciptanya.

6.    Mengembalikan kehebatan antarabangsa kepada umat Islam dengan membebaskan negara-negara Islam yang dijajah, menghidupkan keagungannya, memperdekatkan peradabannya, menghimpunkan kesatuannya sehingga membawa kepada kembalinya Khilafah Islamiyyah yang telah hilang, dan mengembalikan kesatuan yang diharap-harapkan.

7.    Membentuk kuasa besar dunia dengan menyebarkan dakwah Islam kepada setiap pelusuknya sehingga tidak ada lagi di sana fitnah dan agama itu hanyalah untuk Allah. Allah Taala enggan kecuali untuk disempurnakan NurNya (Maksud firman Allah). Keempat-empat peringkat yang terakhir ini adalah wajib kepada jemaah yang bersatu dan juga kepada setiap akh dengan sifatnya sebagai anggota dalam jemaah ini. Alangkah beratnya tanggung jawab dan alangkah besarnya misi ini. Manusia lain akan memandangnya sebagai khayalan sementara akh muslim memandangnya sebagai hakikat yang ingin dicapai dan dia tidak akan berputus asa. Bagi kita, Allah adalah harapan utama kepada kita seperti mana yang dimaksudkan oleh firman Allah dalam surah Yusuf: "Dan Allah Maha Kuasa melakukan segala perkara yang telah ditetapkanNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."


JIHAD

Maksudku dengan jihad adalah: Ia adalah satu fardhu yang berkuatkuasa sehingga hari kiamat. Begitu juga maksud dari sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud: "Sesiapa yang mati dan tidak berperang dan tidak berniat hatinya untuk berperang maka dia mati dalam keadaan mati jahiliyyah."

Peringkat pertamanya adalah mengingkari dari hati, peringkat tertingginya adalah berjihad di jalan Allah. Antara keduanya: Jihad lidah, pena, tangan dan perkataan yang benar kepada pemerintah yang zalim. Dakwah ini tidak akan hidup kecuali dengan jihad. Setanding dengan ketinggian dan keluasan ufuk dakwah ini, begitu jugalah besarnya kelebihan jihad di jalan dakwah, mahalnya harga yang dipinta untuk mendokongnya, besarnya balasan yang akan diberikan kepada orang-orang yang beramal.

"Berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad." Dengan itu kamu akan memahami apakah yang dimaksudkan dengan slogan abadi kamu: `Jihad Adalah Jalan Kami'.

TADHIYYAH

Maksudku dengan tadhiyyah (pengorbanan) adalah: Mengorbankan harta, waktu, kehidupan dan segalanya untuk mencapai matlamat yang ingin dicapai. Tidak ada jihad di dunia ini yang tidak disertai dengan pengorbanan. Jangan sekali-kali unsur pengorbanan ini digugur dalam jalan fikrah ini kerana sesungguhnya di sana ada balasan dan pahala yang besar dan indah untuknya. Sesiapa yang berhenti dari memberikan pengorbanan maka dia adalah berdosa. "Sesungguhnya Allah telah membeli nyawa dan harta dari mukminin."

"Katakan bahawa jika sekiranya ayah-ayah kamu dan anak-anak kamu..." "Demikian itu kerana mereka tidak ditimpa dahaga dan kekurangan..." "Jika kamu taat maka Allah akan memberikan kepadamu balasan yang baik"
Dengan demikian kamu akan memahami makna slogan abadimu: `Mati Syahid Di Jalan Allah adalah Setinggi Cita-cita'.

TAAT

Apa yang aku maksudkan dengan taat adalah: Mematuhi perintah dan melaksanakannya dengan segera sama ada dalam keadaan kesusahan ataupun kesenangan, perkara yang disukai ataupun dibenci. Ini adalah kerana peringkat dakwah ini ada tiga peringkat:

1.    Peringkat Taarif iaitu pengenalan. Ini merupakan peringkat menyebarkan fikrah secara umum di kalangan manusia. Sistem dakwah dalam peringkat ini adalah seperti sistem sebuah organisasi. Peranannya adalah bekerja ke arah kepentingan umum. Wasilahnya adalah cara nasihat menasihati, memberikan petunjuk dan di ketika yang lain menubuhkan beberapa pertubuhan yang berfaedah dan lain-lain wasilah yang praktikal. Setiap cabang dari Ikhwan akan berfungsi di peringkat ini untuk menghidupkan dakwah dan diaturkan oleh undang-undang asas yang diterangkan oleh perutusan-perutusan Ikhwan dan majalah-majalahnya. Dakwah pada peringkat ini adalah dakwah umum. Setiap orang yang berkeinginan untuk memberikan sahamnya akan berhubung dengan jemaah dalam setiap operasinya dan dia akan berjanji untuk memelihara dasar-dasar jemaah. Taat yang mutlak tidak lagi diwajibkan pada peringkat ini seperti wajibnya menghormati peraturan dan dasar-dasar umum jemaah.

2.    Peringkat Takwin (pembentukan). Ini dilakukan dengan memilih unsur-unsur yang layak untuk menanggung bebanan jihad dan juga menyatukan antara mereka. Sistem dakwah pada peringkat ini adalah secara sufi di sudut rohani, sistem ketenteraan di sudut praktikalnya. Slogan pada dua perkara ini (amal dan taat) adalah
dengan tidak berbelah bahagi, tidak menarik balik, tidak ragu dan tidak merasa tertekan. Katibah-katibah Ikhwan pada peringkat ini akan dibentuk dan akan diaturkan oleh perutusan dasar yang lalu dan juga perutusan ini. Dakwah pada peringkat ini adalah berbentuk dakwah khas yang hanya akan bergabung dengannya orang yang mempunyai kesediaan sebenar untuk menanggung bebanan jihad yang panjang yang banyak cabaran. Petanda awal kepada kesediaan ini adalah taat yang mutlak dan sempurna.


3.    Peringkat Tanfiz (Pelaksanaan). Dakwah pada peringkat ini adalah peringkat jihad yang tidak ada tolak ansur di dalamnya, amalan yang berterusan dan usaha untuk sampai kepada matlamatnya, cabaran dan bala yang hanya akan dapat disabari oleh orang yang benar. Tidak ada yang mengimbangi peringkat ini kecuali dengan
taat yang sempurna juga. Atas perkara inilah generasi Ikhwan yang pertama telah berbai'ah pada hari 5 Rabiul Awal 1359 hijrah.