Thursday, November 10, 2011

Man Ana??






Sebuah pepatah lama mengatakan, kuman di seberang dapat dilihat tetapi gajah di pelupuk
mata tidak kelihatan. Pepatah ini menganalogikan bahawa sering manusia lebih pandai
menilai kelebihan dan kekurangan orang lain. Tetapi mengenali kelebihan dan kekurangan
diri sendiri adalah sebuah pekerjaan sulit dan sering diabaikan manusia.


Allah SWT berfirman;
" Kami akan perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di merata-rata tempat
(dalam alam yang terbentang luas ini) dan pada diri mereka sendiri, sehingga ternyata
jelas kepada mereka bahawa Al-Quran adalah benar. Belumkah ternyata kepada mereka
kebenaran itu dan belumkah cukup (bagi mereka) bahawa Tuhanmu mengetahui dan
menyaksikan tiap-tiap sesuatu? "
Q.S Fussilat : 53


Ada pula hadith yang walahualam shohih atau tidak mengatakan “Siapa yang kenal dirinya
akan Mengenal Allah".


Dari firman Allah dan hadith di atas dapat kita simpulkan betapa pentingnya pengenalan
terhadap diri sendiri. Allah telah menunjukkan kekuasaanNya dalam diri manusia.
Kemudian dilanjutkan oleh hadith Nabi;
" Siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya. "
Ertinya; Bila seseorang mengenal dirinya maka ia akan memikirkan penciptaaan dirinya.
Siapa lagi yang menciptakan manusia kalau bukan Allah SWT.


Sering manusia tidak mengenali dirinya sendiri, tidak tahu dari mana ia berasal, siapa
yang menciptakannya, untuk apa ia hidup dan akan kemana ia setelah meninggal. Maka
tidak hairan ramai manusia yang mengabaikan dirinya bahkan tidak segan menyiksa dirinya
sendiri untuk mendapatkan kepuasaan sesaat.


Manusia terdiri dari tiga unsur, ruh, jasad dan jiwa. Ketiga-tiganya mempunyai peranan
yang tidak boleh dipisahkan. Jasad tanpa ruh ibarat sebatang pohon yang mati, layu dan
gersang. Binatang memiliki jasad dan jiwa, tetapi ia tidak memiliki ruh. Manusia jelas
berbeza dengan binatang. Dan Allah telah melebihkan manusia dari makhluk ciptaanNya
yang lain, manusia dikatakan sebagai makhluk yang paling sempurna.


Apakah kesempurnaan ini menjadikan manusia berfikir?. Tidak perlu dulu tentang yang
lain, tetapi berfikir tentang penciptaanya. Berfikir tentang hakikat dirinya. Tentang jasad
sempurna dan sebaik-baik bentuk yang diciptakan Allah untuknya. Tentang jiwa dan ruh
yang tidak tampak tapi mengendalikan hampir seluruh keputusan yang diambil manusia.


Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah dimuka bumi ini. Ia
memiliki kombinasi sifat syaitan dan malaikat. Salah satu sifat tersebut boleh mendominasi
kehidupan manusia. Jika sifat syaitan yang mendominasi, maka ia akan berperilaku seperti
syaitan. Dia menjadi manusia yang jahat, pendendam, sombong, angkuh, penipu, ingkar
kepada Allah, dan sifat buruk lainnya. Sebaliknya jika sifat malaikat yang
mendominasinya, maka ia menjadi manusia yang baik, taat dan tunduk kepada Allah.


Walaupun jika didominasi oleh kedua sifat itu, tidak pula harus manusia akan menjadi
syaitan atau malaikat. Dia tetaplah manusia, hanya sahaja perilakunya yang tampak seperti
syaitan atau malaikat.. Manusia bebas memilih, perilaku manakah yang menjadi
keinginanya. Pilihan itu hanya dapat diambil jika manusia tahu mengenai dirinya, baik
kelebihan mahupun kekurangannya, sifat buruk mahupupun sifat baiknya.


Jika tidak menggunakan akalnya, boleh juga manusia berperilaku seperti binatang, yang
hanya hidup untuk kepentingan perutnya sahaja. Tetapi kadang kala manusia lebih buruk
dari binatang. Jika binatang hanya memenuhi keinginan perutnya hari itu sahaja. Tetapi
manusia tidak, kadang sudah dipenuhi keinginan perutnya untuk beberapa tahun ke depan,
tetap sahaja terus menjajah dan merampas sesuatu yang bukan menjadi haknya. Kita tentu
tidak ingin seperti binatang, apalagi lebih rendah dan parah dari binatang.


Dari mana awal mulanya diri ini?


Dalam Al-Quran dikatakan, bahawa kita hanyalah seonggok jasad yang berasal dari air
mani. Tidak ada satu tanganpun di dunia ini yang mampu menciptakan manusia. Jika kita
sedar akan hakikat diri kita, bahawasanya kita adalah makhluk yang lemah, jika Allah
tidak menolong kita, kita bukanlah apa-apa dan bukan pula siapa-siapa.


" Wahai umat manusia, sekiranya kamu menaruh syak (ragu-ragu) tentang kebangkitan
makhluk (hidup semula pada hari kiamat), maka (perhatilah kepada tingkatan kejadian
manusia) kerana sebenarnya Kami telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari
setitik air benih, kemudian dari sebuku darah beku, kemudian dari seketul daging yang
disempurnakan kejadiannya dan yang tidak disempurnakan; (Kami jadikan secara yang
demikian) kerana Kami hendak menerangkan kepada kamu (kekuasaan Kami) dan Kami pula
menetapkan dalam kandungan rahim (ibu yang mengandung itu) apa yang Kami rancangkan
hingga ke suatu masa yang ditentukan lahirnya; kemudian Kami mengeluarkan kamu berupa
kanak-kanak; kemudian (kamu dipelihara) hingga sampai ke peringkat umur dewasa dan
(dalam pada itu) ada di antara kamu yang dimatikan (semasa kecil atau semasa dewasa)
dan ada pula yang dilanjutkan umurnya ke peringkat tua nyanyuk sehingga dia tidak
mengetahui lagi akan sesuatu yang telah diketahuinya dahulu dan (ingatlah satu bukti
lagi); Engkau melihat bumi itu kering, kemudian apabila Kami menurunkan hujan
menimpanya, bergeraklah tanahnya (dengan tumbuh-tumbuhan yang merecup tumbuh) dan
gembur membusutlah ia, serta ia pula menumbuhkan berjenis-jenis tanaman yang indah
permai. "
Q.S Al-Hajj : 5


Sesungguhya kita dapati diri ini dalam kesesatan dan kejahilian, kemudian Dia beri kita
petunjuk. Sesungguhnya kita dapati diri ini dalam kegelapan, kemudian Dia beri kita
cahaya. Sesungguhnya kita dapati diri ini dalam kebingungan, kemudian Dia beri kita jalan
keluar. Sesungguhnya kita temui diri ini dalam kelemahan iman, kemudian Dia beri kita
keteguhan. Sesungguhnya kita dapati diri ini dalam kehinaan dan kerendahan, kemudian
Dia beri kita kemuliaan dan izzah serta iffah. Sesungguhnya kita dapati diri ini dalam
kebodohan, kemudian Dia beri kita lentera ilmu. Sesungguhnya kita dapati diri ini dalam
keadaan telanjang, kemudian Dia beri kita pakaian.


Jika begitulah proses kelahiran kita, lalu mengapa kita menjadi lupa diri? Menjadi manusia
yang tidak tahu diri? Menjadi manusia yang melupakan hakikat penciptaan diri kita, kita
hanyalah berasal dari seonggok tanah dan pasti akan kembali ke tanah. Siapapun
orangnya, rakyat jelata atau pegawai tinggi negara, cantik atau jelek, lahir di barat
mahupun di timur. Kita dilahir dalam keadaan sama, darjat kita sama di hadapan Allah
SWT, Zat yang menciptakan kita.


Kadang kita tidak segan menyiksa diri sendiri dengan mengabaikan hak-hak jasad, ruh dan
akal. Yang paling sering dilupakan adalah hak ruh. Seperti sebuah tanaman yang tidak
pernah disiram, lama-lama akan layu kemudian mati. Begitu pula jika ruh tidak pernah
diberi makanan yang bergizi, tidak pernah disuapi vitamin iman, suatu saat akan gersang,
dan tidak mustahil kelak akan mati. Bila ruh sudah mati, maka tidak akan ada lagi
fungsinya jasad. Jasad akan tinggal seonggok jasad. Kematian ruh adalah awal dari
kesengsaraan hidup di dunia dan akhirat.


Mengenal Allah.


Mungkin kita pernah bertanya, “Adakah Allah, dimanakah Allah” jaawapannya singkat
sekali, Allah ada dan sangat dekat degan kita. Lebih dekat dari urat nadi kita sekaipun.
Dia tidak pernah tidur, tidak akan pula mati. Jika kita kembali kepada hadith yang telah
disebutkan di atas, maka pengenalan terhadap diri dan Allah adalah sebuah rangkaian
yang tidak dapat dipisahkan, kerana menurut hadith tersebut; “ Barangsiapa yang
mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya. ”


Mengapa kita harus mengenal Allah? Dengan mengenal Allah akan memberikan banyak
kebaikan, diantaranya, ketenangan, meningkatkan iman dan taqwa. Pengenalan kita dengan
Allah akan menumbuhkan rasa cinta kepadaNya. Dengan kekuatan cinta itu kita menjalani
segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.


Banyak cara untuk ma’rifat (kenal) dan mahabbah (cinta) kepada Allah.. Diantaranya
menurut Dr. Irwan Prayitno dalam buku keperibadian muslimnya adalah dengan akal dan
fitrah, pendengaran dan penglihatan, alam semesta, binatang, manusia dan haiwan,
pengenalan jiwa serta mukjizat.


Dalam sebuah perjalanan panjang kita dapat melihat alam semesta terbentang indah,
tersusun rapi. Siapakah yang membentangkan dan menyusun itu semua? Adakah tangan
manusia mampu melakukannya jika tidak ada Zat yang melakukannya?


Terlalu banyak perantaraan untuk mengenal Allah, hanya saja sejauh mana keinginan kita
mengenal kebesaran Allah. Memang Allah tidak mungkin dilihat secara fizikal, tetapi
keberadaanya dapat kita rasakan dalam setiap tarikan nafas kita.


Mengenal diri sendiri


Tiada orang yang mengenal diri kita kecuali kita sendiri ! Apabila kita melihat ke dalam
diri dan belum menemukan sesuatu yang sesuai, maka sebenarnya kita sedang mencari
identiti. Cuba renungkan sejenak tentang beberapa perkara berikut ini :


Dari mana anda datang?
Kemana anda pergi?
Apakah tujuan anda berada dalam dunia fana ini?
Apakah sebenarnya bahagian dan apakah sebenarnya derita?
Apakah kekuatan anda?
Apakah kelemahan anda?
Apakah cita-cita anda?
Apakah kehendak anda?
Apakah kekuasaan anda?


Jika kita mampu menjawabnya, maka dapat dikatakan kita mengenal sepenuhnya diri dan
hakikat kehidupan kita. Tapi tidak jarang manusia amat kesukaran menjawab pertanyaan
itu. Kita perlu menyediakan waktu sejenak mererungi keberadaan kita, mengenali tidak
sahaja secara fizikal diri kita, tetapi juga segala faktor eksternal dan internal diri yang
akan membawakan kehidupan kita kepada sebuah titik terbaik tidak saja di dunia tetapi
juga di akhirat.


Cubalah menganalisis secara jujur perilaku, tabiat dan keperibadian kita. Hati nurani akan
berkata jujur. Bila kita temukan kekurangan tidak ada salahnya kita mencuba memperbaiki
diri. Bertanya kepada orang lain merupakan langkah yang positif untuk mengenali lebih
jauh diri kita. Penilaian kita dan orang lain akan membantu kita menjadi manusia yang
mendekati kepada sifat malaikat.


Memperbaiki dan senantiasa melakukan perubahan adalah sebuah kenescayaan dalam
hidup ini. Kerana perubahan tidak selalu memperbaiki sesuatu, tetapi untuk menjadi lebih
baik kita mesti berubah. Proses pengenalan diri tidak boleh berhenti pada sebuah titik
jenuh. Tidak ada batasan dalam tempat ruang dan waktu. Kenalilah terus diri kita, temukan
segala potensi dan kekurangan.


Sedari hakikat keberadaan diri kita di dunia. Jika kita memahami itu semua, maka mata
hati kita akan mudah terbuka mengenali Rabb yang menciptakan kita.Tidak ada lagi hijab
yang aka membatasi ruang diskusi kita denganNya. Yang ada adalah bagaimana
kesungguhan kita memanfaatkan segala potensi yang ada dan meminimakan segala
kekurangan untuk tetap dekat dengan Allah, menggapai cintaNya, bekerja ikhlas
untukNya. InsyaAllah kehidupan kita tidak akan sia-sia. Kita aka menjadi manusia yang
produktif dan inovatif.